Kerna kita telah dahulu merasa peritnya hijrah,
Tidakkah kita dapat melihat dari lubang hitam itu,
memandang mereka penuh belas ihsan?
Kerna kita tahu rasanya dihukum dan dipandang serong,
bukankah sepatutnya lidah kita lebih lembut dalam menegur,
bersangka baik dan takabbur dilebur?
Kerna kita pernah disisih dan dipulau,
bagaimana sampainya hati kita melakukan yang serupa,
kepada mereka yang fitrahnya juga sama?
Kerna kita bersyukur ada juga yang sudi meneman,
punca cahaya saat terjeda,
bukankah seharusnya sekarang kita pula menyuluh jalan?
Kerna kita pernah menyumpah mereka yang sebegitu,
dan kerna kita sentiasa ingin menjadi lebih baik,
kita memilih jalan yang bukan mereka ambil.
Sungguh, guru terbaik itu dari pengalaman yang mengajar,
kata orang mereka selalu terlambat,
akhirnya cuma sesal yang menghambat.
Tapi kerna kita percaya masa sekarang adalah peluang,
kerna kita tidak tahu bila saat roh terpisah dari jasad,
kita memilih untuk mencari jawapan dalam diam.
Akhirnya, kita pulang kepada fitrah kejadian.
Schade. Aber das ist leben.
ReplyDeleteaber wir können bessere menschen werden
Delete